Guruh Gripsy album terbaik sepanjang masa

 Di era yang serba modern ini, lagu menjadi salah satu media yang wajib didengarkan setiap saat. Dijaman dahulu tepatnya era 70-an musik adalah sebuah seni eksklusif  menggabungkan banyak instrumental menjadi sebuah karya yang menarik. Guruh Gripsy adalah sebuah gebrakan terbaru dari permusikan Indonesia, di komposer oleh Guruh Soekaroputra dan grup Gipsy yang beranggotakan Chrisye, Keenan Nasution, Roni Harap, dan Oding Nasution.


Bisa dibilang ini adalah salah satu album yang menggabungkan musik Bali dan musik barat untuk memberikan kesan fresh pada lagunya. Selain itu juga, lagu ini adalah sebuah ide cemerlang dari Guruh untuk menggabungkan folk dan musik tradisional Bali.  Sisi A dimulai dengan lagu "Indonesia Maharddhika", sebuah lagu megah dengan gaya British-prog yang paling mencolok dalam album ini. Secara umum, liriknya menggambarkan Indonesia sebagai sebuah negara yang besar dan damai, yang menghargai dan memeluk warisan budaya dan keragaman yang kaya.

Komposisinya diwarnai dengan permainan organ yang gemuk dan megah oleh Roni Harahap, permainan synthesis yang terampil oleh Abadi Soesman, dan solo gitar yang tinggi oleh Oding Nasution. Suara organ dan synthesis yang menyatu pada bagian awal lagu ini terdengar mirip dengan gaya permainan Emerson, Lake & Palmer. Melodi pembuka lagu ini didasarkan pada lagu "That's the Way (I Like It)" oleh KC and the Sunshine Band, tetapi dengan aksen yang berbeda. Peran gamelan dalam lagu ini hampir sama dengan instrumen kibor lainnya, namun kedua instrumen dan genre yang berbeda itu mengalir bersama secara harmonis.

Lagu berikutnya yang berjudul "Chopin Larung" merupakan sebuah lagu dalam bahasa Bali yang dinyanyikan oleh Chrisye. Lagu ini terinspirasi oleh kekhawatiran Guruh terhadap hilangnya budaya asli Indonesia akibat pengaruh budaya dari luar. Lagu ini dimulai dengan suara gemuruh ombak dan kemudian mengalir ke dalam melodi yang dipermainkan oleh piano dengan gaya musik tradisional Bali. Bagian selanjutnya mencakup solo piano yang terinspirasi oleh musik Frédéric Chopin sebelum kembali ke unsur musik tradisional Bali. Terdapat juga bagian ambien di bagian kedua lagu sebelum lagu diakhiri dengan melodi yang mirip dengan bagian pembuka. Keseluruhan lagu ini merupakan sebuah interpretasi tentang bagaimana gaya musik Chopin akan terdengar jika ia pernah berkunjung ke Bali.

Lagu selanjutnya adalah "Barong Gundah", Sebuah lagu instrumental yang bisa dianggap sebagai perpaduan antara gamelan dan musik progresif. Komposisi musiknya melibatkan penggunaan gamelan yang memberikan ritme yang terus-menerus dan tidak teratur. Kemudian, ditambahkan permainan bass Chrisye yang funky dan eksperimental. Gitar Oding Nasution dan synthesizer Abadi Soesman memberikan pengaruh yang kuat dan memenuhi ruang suara bersama dengan gamelan. Lagu ini menciptakan momen di mana musik tradisional Bali dan musik barat saling memperkaya satu sama lain sehingga hasil akhirnya sangat memuaskan.

Sisi B dibuka dengan "Janger 1897 Saka", sebuah lagu yang merefleksikan dari tarian asli pulau dewata bernama Janger. Liriknya secara umum menggambarkan sejarah, evolusi, dan signifikansi dari budaya Janger, sekaligus membahas dampak modernisasi serta apa kebutuhannya untuk melestarikan warisan budaya.

"Janger 1897 Saka" dibuka dengan pengulangan "jangi janger" dan "sengsengin sengseng janger", yaitu ungkapan ritmis yang meniru bunyi dan gerakan tari janger. hal ini mengatur nada lagu yang energik, mendorong pendengar untuk bergabung dan menari Janger. Sepanjang lagu, liriknya menyebutkan berbagai unsur yang terkait dengan Janger, seperti "kelap-kelap ngalap bunga" (mengumpulkan bunga), melambangkan keanggunan dan keindahan tarian.
 
 "Geger Gelgel"  merupakan salah satu lagu paling gelap di album ini, mengangkat tema tentang kekacauan besar yang pernah terjadi di Gelgel. Liriknya mengisahkan  kegaduhan masa lalu yang dipenuhi oleh tipu daya dan manipulasi, di mana Guruh seolah ingin membongkar kebusukan di balik peristiwa tersebut. Secara musikal, lagu ini dimulai dengan dentuman gamelan yang tegas dan metalik,  disertai dengan permainan gitar cepat dari Oding Nasution. Suasana lagu dibangun menuju klimaks yang penuh keributan, sejalan dengan judulnya yang mangacu pada kekacauan.

Namun, setalah ketegangan dari "Geger Gelgel", lagu berikutnya menawarkan suasana yang lebih tenang. "Smaradhana"  membawa pendengar ke dalam tema cinta penuh gairah, mengeksplorasi bagaimana dua insan terseret dalam pesona asmara yang bergitu kuat hingga rela kehilangan diri. Alunan gamelan yang lembut berpadu dengan vokal latar dari Hutauruk Sisters dan suara berat Chrisye yang begitu mendalam, menciptakan suasana penuh perasaan yang membawa kedamaian setelah hiruk-piruk sebelumnya.

Album ini ditutup dengan lagu berjudul "Sekar Gendotan", sebuah instrumentalia berupa ansambel gamelan karya I Gusti Kompyang Raka. Secara keseluruhan, "Guruh Gipsy" dianggap sebagai album terbaik karena inovasinya, kompleksitas musiknya,  kontribusinya musik berbakat, tema lirik yang mendalam, dan pengaruhnya yang lauas terhadap musik Indonesia. Album ini tidak hanya memikat pendengarnya pada zamannya tetapi juga tetap relevan dan dihargai hingga kini.

Komentar