The yellow wall, bukti cinta mati terhadap klubnya

  Borrusia Dortmund adalah klub asal Jerman yang bermain dikasta teratas liga Jerman. Banyak pemain yang besar namanya saat bermain di Dortmund, ambil contoh Haaland, Sancho, Reus, Belingham dan masih banyak lagi. Seringkali klub ini di juluki klub pasar para pemain, lantaran banyak pemain yang pergi dengan harga fantastis sehingga Dortmund dapat berinvestasi dengan pemain mudanya dan sistem "money ball" ini terus berulang sehingga Dortmund memiliki dana yang cukup untuk membeli permain dengan harga murah tetapi punya performa yang menjanjikan untuk dijual dengan harga mahal.


Selain skuadnya yang cukup kuat, mereka juga punya pendukung setianya yang dikenal sebagai The Yellow Wall. Penggemar Dortmund yang memenuhi tribun selatan Stadion Signal Iduna Park menciptakan atmosfer yang luar biasa setiap kali klub berlaga. Tribun ini menjadi ikon, tempat lahirnya koreografi spektakuler yang selalu memukau, sekaligus menakutkan bagi tim lawan.

Sebutan The Yellow Wall (Tembok Kuning) merujuk pada lautan ribuan penggemar Borussia Dortmund yang mengenakan seragam kuning khas klub, memenuhi tribun setinggi 100 meter, dan mampu menampung sekitar 25.000 orang. Ini menjadikannya tribun berdiri terbesar di Eropa. Tidak hanya sekadar hadir, suporter ini terkenal karena loyalitas mereka yang tak tergoyahkan. Baik di saat kemenangan maupun kekalahan, The Yellow Wall tetap mendukung penuh klubnya. Mereka sering disebut sebagai pemain ke-12, memberikan semangat yang tak terukur kepada tim di lapangan.

Kehebatan The Yellow Wall tak hanya soal jumlah atau suara mereka yang lantang, tetapi juga koreografi yang mereka tampilkan. Setiap pertandingan besar, tribun ini berubah menjadi kanvas raksasa di mana suporter Dortmund menampilkan pertunjukan visual yang mengesankan. Koreografi ini biasanya dirancang dengan sangat rinci, mencerminkan sejarah klub, momen-momen penting, atau pesan-pesan yang penuh makna. Ketepatan dan keseragaman gerakan mereka sering kali membuat tim lawan merasa terintimidasi bahkan sebelum peluit pertandingan berbunyi. Keheningan awal yang diikuti oleh teriakan lantang dan koreografi megah menjadikan The Yellow Wall salah satu suporter paling ditakuti di Eropa.

Salah satu koreografi The Yellow Wall yang paling ikonik terjadi pada laga perempat final Liga Champions 2013 melawan Málaga. Saat itu, suporter Borussia Dortmund menampilkan koreografi spektakuler yang menggambarkan seorang dengan berwarna kuning  menggunakan topi logo Dortmund sambil memegang teropong. Visual ini melambangkan bahwa fans dan pemain Dortmund akan selalu mengawasi para lawan. Koreografi tersebut memancarkan aura intimidasi luar biasa, yang seolah menyatakan bahwa siapa pun lawan yang datang akan dihadang oleh tembok tak tergoyahkan. Pertunjukan ini tidak hanya membakar semangat para pemain Dortmund, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh dunia sepak bola, menegaskan kekuatan dan keunikan The Yellow Wall.


Loyalitas suporter Dortmund tidak hanya terlihat dalam aksi mereka di stadion. Mereka mendukung klub di luar lapangan, baik dengan menghadiri pertandingan tandang, menyanyikan lagu kebanggaan klub, hingga berpartisipasi dalam kegiatan amal dan sosial yang melibatkan komunitas besar mereka. The Yellow Wall bukan hanya pendukung, mereka adalah bagian dari identitas Borussia Dortmund, simbol kekuatan dan ketangguhan klub dari kota Ruhr ini.

Dengan segala keunikan dan dedikasinya, The Yellow Wall tidak hanya menjadi legenda di Jerman, tetapi juga di seluruh dunia sepak bola. Kombinasi antara kesetiaan, kreativitas, dan intimidasi yang mereka ciptakan menjadikan mereka salah satu basis suporter paling ikonik di dunia.

Komentar