Matinya group boy band & girl band di Indonesia

Boy band dan girl band telah lama menjadi bagian dari industri musik Indonesia. Namun era keemasan mereka benar-benar terasa di dekade 2010-an, di mana berbagai grup bermunculan dan sukses besar. Nama-nama seperti SMASH, 7Icons, Super Girlies, JKT48, dan Coboy Junior pernah menjadi idola remaja pada masanya. Lagu-lagu mereka populer, sering diputar di berbagai tempat, dan bahkan beberapa grup memiliki fanbase yang cukup fanatik.

Namun kejayaan mereka tidak bertahan lama. Hanya dalam beberapa tahun, satu per satu grup ini menghilang dari industri musik. Kini hanya JKT48 yang masih bertahan dengan konsep unik mereka, sementara lagu-lagu Coboy Junior masih dikenang dan diputar di beberapa tempat. Lalu mengapa grup boy band dan girl band di Indonesia tidak bisa bertahan lama? Berikut beberapa alasannya:

1. Regenerasi yang Sulit

Boy band dan girl band umumnya bergantung pada citra anak muda dan energik. Namun ketika anggota mereka beranjak dewasa, grup tersebut harus melakukan regenerasi untuk tetap relevan. Sayangnya di Indonesia, proses regenerasi ini jarang berhasil. Tidak seperti di Korea Selatan atau Jepang, di mana industri idol memiliki sistem yang mendukung pergantian anggota tanpa kehilangan daya tarik di Indonesia grup cenderung kehilangan identitas ketika anggotanya berganti.

2. Karier Solo yang Lebih Menjanjikan

Banyak anggota boy band dan girl band yang akhirnya memilih jalur solo setelah popularitas grup mereka mulai menurun. Ini karena karier solo memberikan kebebasan lebih dalam berkarya, serta keuntungan finansial yang lebih besar. Contoh nyatanya adalah beberapa mantan anggota SMASH dan Coboy Junior yang beralih menjadi penyanyi solo atau aktor. Ketika satu per satu anggota keluar, daya tarik grup pun ikut melemah dan akhirnya mereka bubar.

3. Perubahan Tren Musik Indonesia

Industri musik terus berkembang dan mengalami perubahan tren. Pada awal 2010-an, konsep boy band dan girl band dengan musik pop catchy dan koreografi menarik memang sedang booming. Namun tren ini perlahan memudar seiring dengan berkembangnya genre lain seperti pop akustik, indie, dan musik elektronik. Grup yang tidak bisa beradaptasi dengan perubahan ini akhirnya ditinggalkan oleh pendengar.

4. Fanbase yang Tidak Bertahan Lama

Salah satu faktor kunci kesuksesan grup idol di negara lain adalah fanbase yang kuat dan loyal. Di Indonesia, banyak boy band dan girl band tidak memiliki basis penggemar yang cukup militan untuk mempertahankan eksistensi mereka dalam jangka panjang. Fanbase yang tidak solid membuat mereka kesulitan untuk mempertahankan posisi di industri musik, terutama ketika popularitas mereka mulai menurun.

5. Kurangnya Inovasi dalam Konsep Grup

Kesuksesan sebuah grup tidak hanya bergantung pada lagu-lagu mereka, tetapi juga pada konsep dan branding yang menarik. JKT48 bisa bertahan karena mereka mengadaptasi sistem yang sudah sukses di Jepang dengan konsep “idols you can meet”, sehingga mereka tetap memiliki daya tarik meskipun mengalami pergantian anggota. Sayangnya, banyak boy band dan girl band lainnya tidak memiliki konsep yang cukup kuat untuk tetap relevan di tengah persaingan yang ketat.

Boy band dan girl band di Indonesia memang sempat mencapai puncak kejayaan, tetapi tanpa strategi jangka panjang sulit bagi mereka untuk bertahan. Faktor regenerasi yang sulit, tren musik yang berubah, hingga para anggota yang lebih memilih karier solo menjadi penyebab utama mengapa fenomena ini hanya berlangsung sesaat. Grup yang bisa bertahan biasanya adalah yang memiliki fanbase setia dan mampu beradaptasi dengan perubahan industri, seperti JKT48.

Mungkin di masa depan, boy band dan girl band bisa kembali populer di Indonesia tetapi mereka harus belajar dari kesalahan sebelumnya dan menghadirkan konsep yang lebih kuat serta inovatif agar bisa bertahan di industri musik yang selalu berubah.

Komentar